Pergeseran Pergerakan Mahasiswa Dari Masa ke Masa di Indonesia

Tujuan Negara Republik Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 salah satunya adalah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Maka hal ini harus menjadi komponen prioritas bagi setiap Pemimpin Bangsa dalam menjalankan roda pemerintahannya. Dalam rentang Sejarah Bangsa Indonesia, pendidikan menjadi aspek yang sangat berpengaruh dalam usaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Hal yang mendorong kesuksesan penjajah untuk menjajah adalah Pendidikan masyarakat jauh tertinggal dari bangsa penjajah.

Dalam usaha melepaskan belenggu penjajahan, para pendiri bangsa ini menggalangkan berbagai gerakan untuk mengejar  ketertinggalan pendidikan, seperti organisasi Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partijc, dan lain-lain. Organisasi-organisasi ini didirikan oleh anak bangsa Indonesia yang mengenyam Pendidikan baik di dalam negeri maupun di negeri Belanda. Mereka menginginkan bangsa Indonesia terlepas dari belenggu penjajahan dengan meningkatkan kesadaran atas penindasan yang dilakukan oleh bangsa penjajah. Melihat sejarah bangsa Indonesia yang tertindas karena rendahnya Pendidikan di masa itu, maka peran pemuda bangsa yang berpendidikan  sangatlah berpengaruh. Para Pemuda ini ingin membangun kesadaran dan mengubah paradigma bahwa tanah air kita adalah hak kita sendiri.

Dalam membangun kesadaran rakyat yang masih sangat tertinggal, pemuda yang telah maupun yang masih mengenyam Pendidikan mulai membangun gerakan untuk mengabdikan ilmu dan pengalaman mereka untuk kemajuan tanah air bangsanya, meluap-luapnya semangat untuk memajukan bangsa ini terjadi pada 20 mei 1908 adalah gerakan awal yang sangat berpengaruh dalam usaha pelepasan belenggu penjajahan, Budi Utomo lahir dari dalam suatu rapat, tidak ada sesuatu yang radikal revolusioner dalam tujuannya, tidak spektakuler kegiatan yang akan dilaksanakan. Dapat ditafsirkan bahwa makna peristiwa lebih didasarkan atas fungsi simbolisnya untuk pergerakan nasional. BO(Boedi Oetomo) mempunyai tokoh pada masa kejayaannya yaitu Tjipto Mangoenkoesoemo yang menyadari bahwa bangsa ini perlu memanfaatkan pengetahuan barat dan unsur-unsur kultural lainnya sehingga dapat memperbaiki tingkat kehidupannya (Sartono, 2014: 120).

Pada tahun 1927 bangsa ini terus menjaga dan membuktikan semangatnya untuk terlepas dari penjajahan, semangat itu digaungkan oleh para kaum abangan (secara harfiah,orang-orang coklat atau merah), kaum abangan inilah yang memandang bahwa Pendidikan adalah kunci sebuah kemajuan, kaum abangan merupakan mayoritas penduduk jawa, mereka juga yang berpendapat bahwa pendidikan barat akan memberikan suatu kunci menuju suatu perpaduan baru yang dianggap sebagai dasar bagi suatu peremajaan kembali terhadap kebudayaan, kelas, dan masyarakat (Ricklefs, 2017: 248).

Dari gerakan diatas dan segala paham yang dianut membuktikan betapa pentingnya sebuah penanaman kesadaran, sejak zaman penjajahan bangsa sampai di zaman kemerdekaan bangsa Indonesia wacana ini terus di produksi dan direproduksi dan melahirkan perbedaan pandangan serta problema yang berbeda beda dikarenakan problema yang mengikut dengan perkembangan serta kondisi realita yang terjadi di masyarakat penanaman kesadaran terus pula harus di Inovasi, tanpa melupakan semangat para pendahulu bangsa ini, Semangat semangat inilah yang terus bereinkarnasi hingga saat ini.

Pasca Proklamasi 17 Agustus 1945 Bangsa ini telah melangkah dengan semangat untuk tetap mencerdaskan kehidupan masyarakat, terbukti dengan terus terbentuknya organisasi yang bergerak untuk terus menyadarkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Sejak zaman dahulu Mahasiswa terus menjadi garda terpenting dalam Gerakan ini, hal ini dibuktikan dengan begitu banyaknya organisasi kemahasiswaan pasca Proklamasi seperti, GMKI, PMKRI, GMNI, CGMI, HMI, IMM, PMII dan lain-lain. Pucuk dari akibat begitu banyaknya organisasi-organisasi tersebut akhirnya Presiden Soekarno berhasil dilengserkan pada tahun 1968 karena dianggap roda pemerintahan dan Prinsip penguasa pada saat itu tidak lagi relevan dengan realita yang terjadi di masyarakat. Kemudian setelah Bung Karno lengser, Soeharto menjadi Presiden selanjutnya, selama kurang lebih 30 Tahun berkuasa akhirnya di Tahun 1998 Soeharto berhasil dilengserkan karena pemerintahannya yang begitu otoriter. Peran Mahasiswa dibalik proses jatuhnya 2 pemimpin bangsa ini sangatlah penting karena mahasiswa yang bertugas sebagai agen of change, mahasiswa adalah golongan yang seharusnya selalu menjadi promotor perubahan kearah yang lebih baik. Mahasiswa memiliki kekuatan yang cukup besar dengan perpaduan berbagai macam disiplin ilmu yang dapat mendorong terjadinya perubahan. Mahasiswa dianggap sebagai golongan yang menyambungkan lidah masyarakat dan mengaktualisasikan ilmunya terhadap masayarakat.

Setelah peralihan masa orde baru ke masa yang dikenal dengan nama reformasi, dimasa yang katanya kebebasan orang tidak lagi di batasi dan diatur dalam konstitusi Negara justru sepertinya menjadi sebuah perubahan yang tidak begitu sejalan dengan cita-cita bangsa yang menginginkan para pelajar dan mahasiswa yang dihasilkan dibangku Pendidikan memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa di zaman reformasi saat ini seakan terjebak dalam Hegemoni sosial dimana Pendidikan menjadi seolah-olah sekat strata sosial, dimana pula Pendidikan hanyalah sebuah tujuan untuk mendapatkan materi semata. Paradigma yang terbentuk di kalangan pelajar saat ini adalah mereka ingin kuliah hanya untuk diri mereka sendiri, tidak pernah ada sedikitpun berfikir bagaimana dirinya bermanfaat bagi lingkungan. Paradigma tersebut selanjutnya menghasilkan mahasiswa yang tidak mempunyai kepakaan dan kesadaran sosial. 

Di masa Revolusi Industri 4.0 yang semua bergantung pada teknologi, permasalahan seperti ini semakin mengkhawatirkan karna tergerusnya nilai-nilai ideal dari seorang Mahasiswa, dilansir dari data Kompasiana penyebab mengapa mahasiswa tidak berdaya lagi dihadapan birokrasi, karena mahasiswa saat ini tidak sejalan dan satu tujuan lagi dalam kehidupan dunia kampus. Melihat berbagai permasalahan diatas perlunya keadaan seperti ini kita refleksikan, Ikatan Mahasiswa Mandar Majene Indonesia (IM3I) sebagai organisasi yang bertujuan untuk menciptakan insan intelektual muda yang aktif, kreatif, dan inovatif yang menjunjung tinggi rasa tanggung jawab, moralitas keadilan serta berwawasan global dan berorientasi masa depan, hadir dengan Gerakan untuk menyadarkan pentingnya kepekaan di dalam diri seorang mahasiswa, secara garis besar diatas telah diuraikan perjalanan Panjang mahasiswa dalam meneruskan cita cita luhur bangsa.

Penulis : Balia Ibnu Mulkam

Daftar Pustaka

Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, (Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2014).

M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta, Gadjah Mada University press, 2017).

https://www.kompasiana.com/suryono.briando/5510354ca33311a42dba88e4/antara-mahasiswa-apatis-vs-mahasiswa-idealis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *