IDENTITAS BUDAYA MANDAR DI ERA DIGITAL 4.0

Mandar ialah suatu kesatuan etnis yang berada di Sulawesi Barat. Namun secara historis dan kultural Mandar tetap terkait dengan “sepupu-sepupu” serumpunnya di Sulawesi Selatan. Istilah Mandar merupakan ikatan persatuan antara Tujuh Kerajaan yang ada di pesisir (Pitu Ba’bana Binanga) dan Tujuh Kerajaan yang ada di gunung (Pitu Ulunna Salu). Keempat belas kekuatan inilah yang saling melengkapi dan saling menguatkan (Sipamandar/Sipamandaq) sebagai satu bangsa melalui perjanjian sakral yang disumpahkan oleh para leluhur Mandar, dan perjanjian tersebut diberi nama “Allamungan Batu di Luyo”.
Mandar bukan hanyalah sebagai suku, tetapi pada hakikatnya Mandar ialah sebuah nilai yang di dalamnya terkandung banyak pesan-pesan para leluhur (Pappasang), filosofi kehidupan, filosofi keagamaan, ussul (sesuatu hal yang menjadi keyakinan orang Mandar dalam melakukan segala sesuatu), dsb.
Melalui nilai-nilai inilah sehingga orang Mandar terbentuk menjadi seseorang yang bermoral, beretika, berbudi pekerti luhur, menjunjung tinggi rasa keadilan, menjunjung tinggi rasa malu (Siri’), dsb. Sehingga ada pesan (Pappasang) leluhur (Todziolo) orang Mandar yang mengatakan bahwa “Rupa tahu anna’ attonganan da mupasisara’i anna da tahu tuo sisara-sara”, artinya bahwa “Manusia dan kebenaran janganlah dipisahkan agar kita tidak hidup bercerai-berai”, dari pesan (Pappasang) itulah kita dapat mengambil kesimpulan bahwa orang Mandar itu selalu mengedepankan yang namanya kebenaran dan keadilan, agar senantiasa dapat selalu hidup rukun dan damai dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Pada Zaman sekarang ini justru banyak para anak-anak muda yang melupakan budayanya sendiri, justru hal-hal inilah yang sebenarnya menjadi identitas kita jika berada jauh dari tanah kelahiran kita, yaitu tanah Mandar. Penyebab dari hal ini tentunya akibat dari perkembangan zaman yang semakin modern, tergerus oleh budaya-budaya asing yang lambat laun dapat membuat budaya dari tanah kelahiran kita sendiri dapat menjadi hilang atau terlupakan.
Anak muda zaman sekarang justru semakin suka dengan budaya-budaya asing, sehingga rasa keinginannya untuk mencari tahu mengenai budaya yang ada di tanah kelahirannya malah semakin sedikit akibat dari pengaruh budaya-budaya asing tersebut. Entah apa yang menjadi hal pembanding mengenai hal tersebut, namun pada realitasnya anak muda sekarang memang lebih banyak mengetahui tentang budaya orang lain, sedangkan jika ditanya mengenai tentang budaya tanah kelahirannya sendiri malahan mereka justru terdiam, duduk terpaku dengan segala ketidaktahuannya mengenai budaya yang ada di tanah kelahirannya.
Padahal jika kita kaji lebih dalam mengenai sejarah atau kebudayaan yang ada di tanah Mandar, kita dapat menemukan banyak hal yang berkaitan tentang nilai-nilai kehidupan. Salah satu contohnya adalah “Pappasang” yang di dalamnya mengandung banyak nilai filosofis kehidupan, filosofis keagamaan, dsb.
Nilai-nilai seperti itulah yang dapat kita jadikan pegangan atau landasan jika ingin melakukan segala sesuatu, ataupun jika sedang berada jauh dari tanah kelahiran, salah satu contoh dari “Pappasang” yang mengandung makna tentang nilai-nilai kehidupan, yaitu : Ia Disanga Tau Tongattongang, Ia Bassa Ita’ Di’e, Binru’ Laheranna, Ia Maappunnai Akkalang Anna Pikkirang, Naisseng Inna Disanga Mapia, Inna Kadae’ Disesena Asallangang, Disesena Odiada’ Dibeasa, Maappunnai Siri’ Nisitinaya Diposiri’, Mappunnai Kedo Ia Sitinaya Napokedo, Mappasung Pau Ia Sitinaya Napoloa.Artinya :Manusia yang sesungguhnya, seperti wujud kita ini pada lahiriahnya, yang mempunyai akal dan pikiran, tahu mana yang baik dan mana yang buruk menurut Islam, dan sesuai pula adat dan tradisi, mempunyai harga diri dan rasa malu menurut yang sewajarnya, bertingkah laku yang menurut sopan santun, mempunyai budi bahasa dan tutur kata yang cermat dan hormat.
Dengan segala ketidaktahuan ku mengenai Mandar ..
Kutuangkan semuanya dalam secarik kertas putih ..
Dengan dasar dari sebuah keberanian ku .. Sebagai sosok anak Muda yang berasal dari Lita’ Mandar ..
Lita Pembolongang ..
Odzi Adza’ Odzi Biasa ..